Rabu, 30 November 2016

Injecting Botox Can Lose Weight, But Not Be

Injecting Botox Can Lose Weight, But Not Be
Thanks to the effect that freezes the muscles, Botox is not only used to eliminate wrinkles or even stop the flood of underarm sweat. Botox is also beneficial for weight loss.
Research presented at Digestive Disease Week, researchers in Norway gave 20 obese patients (body mass index between 35-44) botox injection in the abdomen, specifically to the nerves that control hunger. They received a second injection six months later.
After a year, 70 percent of patients experienced weight loss average of 17 percent of excess weight. After 18 months and get three injections, 75 percent of them experienced a weight loss average of 28 percent of excess weight.
"" Although the results of a small study that looked promising, we do not see Botox as a practical method to lose weight in the near future, '' said John Morton, MD, chief of minimally invasive and bariatric surgery at Stanford School of Medicine.
"" I think in the future botox instead of intervening with many benefits for weight loss. Results for the long term is not good, '' he said.
Part of the problem is the impact that is not permanent. Use it as a weight loss would require an invasive procedure regularly. Morton also pointed out that some research shows your body will build up a tolerance to toxins. Ends, botox will not be effective over time.
Because the existing weight loss solution with the supporting scientific evidence as well as long term benefits, Botox apparently not a great solution to get rid of belly fat.



bean green coffee manfaat

Sabtu, 05 November 2016

Tidak Disiplin, Izin Praktek Dokter Bedah Dicabut

http://smartdetoxsynergy.xyz

Tidak Disiplin, Izin Praktek Dokter Bedah Dicabut

JAKARTA, Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) mencabut Surat Sinyal Registrasi (STR) dr Theddeus Octavianus Hari Prasetyono SpBP sepanjang empat bln. lantaran yang berkaitan dinilai lakukan pelanggaran disiplin kedokteran yang menyebabkan fatal pada pasien. Ketentuan MKDKI tentang pelanggaran disiplin kedokteran dalam aksi operasi sedot lemak yang dikerjakan Theddeus Octavianus Hari Prasetyono pada Dr dr Atie W Soekandar SpFK, dibacakan dalam sidang majelis yang diketuai dr Suyaka Suganda SpOG di kantor MKDKI Jakarta, Senin. Dengan ketentuan pencabutan STR itu, jadi Theddeus Octavianus Hari Prasetyono tak dapat menggerakkan praktek kedokteran sepanjang empat bln., mulai sejak ketentuan dibacakan. Ketua Yayasan Pemberdayaan Customer Kesehatan Indonesia (YPKKI) dr Marius Widjajarta menyebutkan, majelis menilainya dokter spesialis itu tidak mematuhi disiplin kedokteran, lantaran tak menggerakkan mekanisme referensi atas pasien yang menggerakkan operasi sedot lemak yang ke-2 kali. Menurutnya, operasi sedot lemak ke-2 kali resikonya tinggi, jadi dokter yang lakukan itu semestinya mengacu pasien ke grup pakar. Namun dalam masalah ini dia mengerjakannya sendiri, tak mengacu pada grup pakar serta pada akhirnya pasien wafat dunia, kata dia. Marius, yang melakukan tindakan sebagai pengadu, menyampaikan, pihaknya cukup senang dengan ketentuan MKDKI yang dengan cara automatis bikin teradu tak dapat menggerakkan praktek kedokteran sepanjang empat bln. itu. Ini langkah awal yang cukup baik, cukup berat, lantaran bila dia tak hati-hati STR-nya dapat dicabut selama-lamanya hingga dia tak dapat berpraktik lagi, tuturnya. Marius menyebutkan bakal memonitor proses ketentuan MKDKI itu serta bertindak hukum kelanjutan bila merasakan sang dokter yang tengah memperoleh sanksi itu tidak mematuhi putusan majelis. Dia menyebutkan tak sama pendapat dengan satu diantara anggota majelis tentang aksi teradu yg tidak memungut bayaran waktu mengoperasi korban sebagai hal yang memperingan sanksinya. Semestinya tak bisa demikian, bagaimanapun dia dituntut menggerakkan pekerjaannya dengan cara profesional. Memanglah siapa yang ingin bila tak bayar namun nyawa melayang? tuturnya. Adik korban, Harry Suharto, menyebutkan cuma dapat pasrah dengan ketentuan MKDKI atas masalah pelanggaran disiplin kedokteran yang diadukan setahun lantas itu. Hukuman itu sesungguhnya singkat sekali untuk ukuran aksi yang menyangkut nyawa seorang. Namun ingin bagaimana lagi, putusan di tingkat kedokteran seperti ini, tuturnya. Pihak keluarga, menurutnya, belum merencanakan lakukan usaha hukum kelanjutan dalam masalah itu. Bakal dibicarakan dahulu dengan keluarga serta minta input dari profesi kedokteran, apakah bakal diteruskan atau tak, tuturnya. Sedang teradu sedikit memberi komentar. Dokter pakar bedah plastik itu menyebutkan bakal pikirkan hasil putusan MKDKI itu serta menyatakan kalau aksi yang dia kerjakan cuma pelanggaran disiplin kedokteran serta bukanlah pelanggaran hukum. Ini masalah disiplin kedokteran, bukanlah substansi hukum. Ini yaitu kajian kedokteran dalam aplikasi pengetahuan, kelak bakal dibicarakan lagi dengan himpunan profesi, tuturnya seraya masuk kedalam mobil.